Sabtu, 30 Maret 2013

Ngentot tukang Mie rebus

Beginilah nasib tukang ojeg, ketika yang lain enak tidur di rumah, aku malah harus begadang untuk mengais rejeki, sudah satu tahun aku menghabiskan malamku setelah aku lulus SMA tahun lalu untuk jadi tukang ojeg lebih tepatnya ojeg bronis.hahah
Meski aku baru 19 tahun tapi aku diberi anugrah tubuh yang bisa bikin orang lain ngiri, tinggiku 179 dengan dada yang bidang dan perut yang rata gak sixpack sih tp rata.
Apes sekali malam ini hujan turun deras dan akupun mencari tempat untuk berteduh akhirnya aku menemukan warkop kebetulan perut ku sudah miskol dari tadi dan akupun masuk ke warkop tersebut sepi sekali tak ada pengunjung..
Akupun memesan semangkuk mie instan dan aku menunggu.
'mas, maaf bisa pasang kabel gas?" penjaga warung tersebut menghampiriku. Oh god! Betapa terkejutnya aku ketika mata ini menyaksikan seorang cewek tinggi putih hanya memakai tangtop warna hitam dengan belahan dada yang begitu dalam.
"Mas?"
"oh bisa bisa ,dimana? Aku menjawab agak salting,dan akupun mengikutinya ke dapur dan langsung memasangkan kabel gas setelah selesai akupun kembali duduk tak lama aku menunggu pesananku datang dan aku makan ditemani penjaga warung sambil ngomong sana sini..
"neng, ga dingin apa ujan gini cuma pake yang gituan?"
"ngga,"dia menjawab sambil tersenyum.
Mataku tak henti-henti melihat susunya yang begitu putih dengan ukuran yang sangat pas dengan tubuhnya hingga tidak disadari kontolku ngaceng berat, aku tak kuat lagi ingin sekali aku mengenyot susu putih itu.
"mas, aku kedalam dulu." dia masuk ke dapur dan akupun mengikutinya dari belakang.
Aku langsung menyekapnya dari belakang dia berontak dan aku langsung meremas kedua susunya dari belakang sambil ku jilati leher belakangnya, dia masih meronta tapi terselip desahan.
"jangan mas, ahh jangan mas!"
"udah sayang nikmati saja"
"ah mas jangan mas" dia tak lagi meronta hanya terdengar desahan keluar dari mulutnya.
Aku langsung membawa dia ke luar dari dapur dan langsung ku rebahkan tubuhnya diatas meja makan tak peduli sekalipun ada yang lihat,
Aku mulai melucuti pakaiannya hingga dia benar benar telanjang bulat diatas meja, liurku menetes ketika didepanku terlihat memek yang begitu merah akupun membuka pahanya dan langsung kusedot memek nya itu.
"ahh.. Jangan mas! Enak.. Ahh... Terus mas..! Ah... Jangan" dia meracau tak karuan.
Aku langsung membuka seluruh pakaianku hingga akupun kini telanjang bulat kontolku sudah ngaceng sekeras_kerasnya. Aku langsung menyodorkan kontolku kemulutnya awalnya dia menutup mulut ku pijit susunya dengan keras hingga dia menjerit dan langsung ku benamkan kontolku kemulutnya,ku pompa dengan cepat.
"ahh.. Enak sekali mulutmu neng, anget.. Ayo terus,neng! Sedot terus ah..." kini aku yang meracau tak jelas.
Ku cabut kontolku dan aku menuju ke memeknya, ku ludahi kontolku dan ku masukan kontolku ke memeknya,oh sangat sulit .. Akhirnya pret.. Suara itu terdengar saat kontolku masuk. Ternyata dia masih perawan.ouhh kulihat dia mengeluarkan air mata sambil menggigit bibir bawahnya, ku paju mundurkan kontolku.. Oh ...
Hanya terdengar erangankami berdua..
Oh... Ahh... Ahh.. Keringat ku mulai menetes ke tubuhnya.. Ah.. Aku mulai tak kuasa, bentar lagi maniku akan keluar. Ku gentot dia dengan keras..
Aaah... Aaah.. Dan aaaaarhgh..
Ku benamkan kontolku dalam dalam dan maniku menyembur dalam memeknya.
Dia terus menangis,dan aku tak peduli aku langsng memakai pakaianku dan langsung pergi karena tanpa disadari hujan sudah reda dari tadi dan tidak lupa kutinggalkan lima lembar uang seribuan untuk membayar mie td, mie plus-plus.hahah

Kamis, 07 Maret 2013

Cewek SMA

Aku Rani 18 tahun, aku sudah duduk di kelas 12 atau 3 SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, dan sudah seminggu ini aku disibukan dengan ujian kompetensi atau ujikom, karena aku jurusan RPL maka tugas ujikomku yaitu membuat Website hingga aku harus pulang sore terus setiap harinya.
Seperti hari ini, aku tak bisa pulang karena hujan begitu deras padahal jam sudah menunjukkan 5.27 sore, semua teman-temanku sudah pulang semua ada yang dijemput ortunya ada juga yang dijemput pacarnya dan kini tinggal aku sendirian oh tidak ternyata aku gak sendirian di dalam kelas masih ada pak Doni guru produktifku. Pak Doni berperawakan tinggi besar dengan wajah yang begitu maskulin, kulitnya memang gelap tapi nampak sehat dan bersih sangat kontras dengan kulit putihku.
Entah setan apa yang merasukiku otakku jadi bergumam.
"Wah enak juga kalo dingin-dingin gini di peluk pak Doni."
Akupun langsung memutar otakku agar bisa mendapatkan pak Doni, memang, mungkin aku murahan semenjak mantan pacarku memperkosaku aku jadi gila sex, aku selalu berhayal untuk diperkosa pria yang sangar dan tinggi besar seperti pak Doni ini.
Akhirnya aku mendapatkan ide, akupun langsung membasahi tubuhku dengan air hujan yang deras, gapapalah demi pak Doni, demi mendapatkan kontol pak Doni aku rela hujan-hujanan kaya orang gila gini kemudian aku buka bh ku dan kupasang kembali kemeja seragamku hingga begitu jelas tercetak susu ranumku dengan kedua puting yang siap menantang untuk disedot kemudian aku pura-pura jatuh dan berteriak hingga pak Doni pun keluar ruangan.
"Ya ampun! Rani? Kamu gak apa- apa?" pak Doni menghampiriku dan langsung membangunkanku.
"Aduh pak, kakiku sakit tadi terpeleset, aduh pak aku gak bisa jalan." aku berbohong karena aku berharap pak Doni menggendongku.
Dan pak Donipun menggendongku, hingga aku bisa meyakinkan bahwa pak Doni bisa melihat payudaraku yang tercetak jelas ini dan akupun ditidurkan diatas bangku sekolah, sengaja lututku ku angkat hingga rok ku terangkat ke atas dan mempertontonkan paha mulusku."bapak pijat yah kakimu." Pak Doni mulai meraba kaki ku tanpa menunggu jawaban dariku.
"hmm." aku pun terus mendesah agar pak Doni terangsang.
"Ah..pak... Pelan ah,. Ah... Pak.. Sakit,..ouh...pak." aku terus mengucapkan kata_kata itu supaya pak Doni horni, aku sedikit mengangkangkan pahaku hingga aku tahu bahwa pak Doni melihat cangcutku. Tapi aneh.. Sudah hampir satu jam aku mendesah tanpa henti pak Doni tak bertingkah sedikitpun akupun kesal dan bangkit dari tidurku hingga wajah kami saling berhadapan dan dengan agak penasaran aku pun bertanya
"Bapak ini kok gak nafsu-nafsu? Ranikan udah mancing bapak dari tadi."
"Bapak Gay, Ran." pak Doni menjawab dengen enteng.
Gubrag.. Aku pun langsung lari meninggalkan dia.
Dalam hatiku hanya bisa berkata
NYESEEEEEL AKU HUJAN2AN.